Dalam kegelapan malam, raga ini msh mencoba untuk bertahan. Meski tersadar angin kian ganas menusuk jiwa. Bagai sebuah batu karang yang terus tertabrak ombak, dia masih bertahan, pada ketidakpastian tujuan.
Aku masih di sini. Sendiri. Hanya mampu bertahan tanpa ku tau apa yang harus di pertahankan. Dua buah penghias malam itu masih setia bertengger manis di gelapnya langit.
"ada satu bulan dan satu bintang disana, jarak mereka berjauhan, kaya kita yah kak" gumam ku.
Kita jauh ?
Sejauh kau melangkah.
Aku masih bertahan, kaulah yang melangkah menjauh.
"sekarang kaka dimana? Katanya kita sahabat" perlahan airmata itu jatuh terurai.
Aku bintang, tapi kau tak mau jadi bulan.
Karena kamu mau jadi langit, yang menaungi bumi ini.
Yang menjadi sahabat bintang dan bulan.
Tapi di dalam hati ini, kau kuanggap bulan,
pasangan bintang.
"aku tau aku cuma sahabat kaka. Kaka sekarang udah bahagiakan sama dia, yang selalu ada di dekat kaka, bukan aku yang jauh di sini. Kita jauh sejauh itu" kata ku seraya menunjuk bintang bulan yang kian menjauh.
Kaka mau jadi langit, untuk tempat pelangikan ?
Dan Pelangi itu dia.
Wanita itu yang beruntung mendapatkan mu.
Drrt drrt. Ponsel ku bergetar, tanda ada sms masuk.
From: Reza
aku tau sekarang, first love kamu si haikal kan ?
Aku tersenyum. Dia awan kak yang mencoba menghalangi ku menatap langit.
Ku gerakkan jari ku untuk membalas pesan singkat tersebut.
To: Reza
maybe kamu punya first love, dan aku juga punya. . , aku ngerti kamu, jadi aku harap kamu juga negrtiin aku,
dia awan, yang mencoba menggoda bintang,
dia yang mencoba melunakkan hatiku,
dia yang mencoba mencari celah dihatiku
tapi entah mengapa aku masih bertahan
kepada kekuatan cintaku padamu
meskipun aku tau, aku bukan pilhan hatimu
***
from: Haikal
malem de. . ,
liat langit deh, cuma ada satu bulan dan satu bintang disana
Aku tersenyum. Ku langkahkan kaki ku keluar rumah, menembus angin malam. Dan ku menatap langit luas. ''Kau benar kak, disana hanya ada mereka berdua, jarak merekapun berdekatan.''
To: Haikal
iya kak, suka deh liat nya . ,
aku pengn jadi bintang deh, kalo kaka?
From: Haikal
wah, km mw jd bintang? Tinggl nyari bulan nya nih?
Aku mau jadi langit aja akh, biar bisa ngawasin adik kecil ku ini.
Degg. Tanpa sadar aku menahan nafas. Kamu ingin menjadi langit ? Bukan bulan ?
Hhh, aku sadar, tak ada sedikit pun rasa mu untuk ku ya kak..
dan berlahan airmata ini jatuh, cinta ku bertepuk sebelah tangan.
***
Ku bolak balikkan LKS ips ku, ‘huh, besok ujian kenapa aku males banget yak ?’ batin ku. Aku pun masih mencoba untuk menghafal beberapa kata tiba2 ponsel ku bergetar. Drrt. Drrt.
from: Haikal
malam dhe . . ,
lg apa nih?
Oya punya puisi cinta abadi gak?
Ada kobaran semangat yang membuncah ketika aku membaca pesan singkat itu. Dia datang tepat sekali, saat aku tidak punya gairah dan dia mampu membangkitkannya. Membaca sederet kalimat terakhir membuat kening ku berkerut. Puisi ? Aku memang suka membuat puisi, tapi akhir-akhir ini aku lebih suka membuat puisi patah hati daripada puisi tentang cinta abadi. Kejadian malam itu yg membuat hati ku tersakiti. Dia itu langit.
To: Haikal.
Malam jg kak.
Lg belajar, kaka?
Gak pnya deh ky nya, buat siapa kak?
Sebenernya aku ragu untuk bertnya buat siapa karena perasaan ku tidak enak tapi rasa penasaran itu memenangkan. Sambil menunggu balasannya, aku melanjutkan belajar. Tapi tidak ada satu kata pun yang masuk ke dalam otak. Pikiran ku kacau, entah mengapa hati ini betuk-betul gelisah.
From: Haikal
lg nyante aja.
Sukses yah
buat seseorang dek, km gak pnya?
Dan lagi. Aku harus tersadar. Bahwa dia telah memilih orang lain, rasa sakit itu semakin besar. Tak sadar kah dia? Bahwa aku sungguh mencintainya. Aku sakit, aku terluka, tanpa sadar aku menangis.
To: Haikal.
Nanti ya kak aq bikinin, skrg lg galau.
Ecie, siapa tuh? Bagi cerita dong.
Dan yah aku berusaha untuk menutupi kecemburuan ku. Menanyakan siapa yang telah memenangkan hatinya. Aku mengarang sebuah puisi, puisi harapan, dan air mata ku mengiringinya.
Malam itu berlanjut. Aku mengirimkan sebuah puisi untuknya, lebih tepat nya untuk mereka -dia dan pujaan nya-. Dia bercerita tentang pujaan hati nya. Dia -pujaan nya- itu cantik, baik, pinter, dan ramah. Perfect sekali, tidak sepertiku, tapi aku yakin cinta ku pada nya -Haikal-, lebih besar dari cintanya ke Kak Haikal. Aku yakin itu, karena aku mencintai dari kesederhanaannya.
Aku disini sendiri. Sementara dia di sana dengannya. Aku dan dia berjauhan, dan aku sadar kita tidak mungkin bersama, aku sadar itu. Tapi entah mengapa aku masih bertahan pada ketidakpastian cinta yang semu.
***
Semenjak malam itu, jarak kita semakin jauh. Jauh sekali. Entah mengapa itu bisa terjadi. Ku rasa dia sudah tidak membutuhkan ku lagi. Dan aku sadar, aku bukan siapa-siapa, aku hanya seorang adik sekaligus sahabat untuk nya. Aku benar-benar kecewa.
Begitu mudahkah dia melupakan aku? Bukankah aku adiknya? Dan dia kakak ku? Dia juga sahabat ku? Mana janji nya dulu yang akan selalu menjaga ku? Mana?
Jangan pernah mengatakan janji apapun, kalau kau tak sanggup untuk menepatinya di kemudian hari. Jangan pernah !
Hari terus berlanjut, sebesar apapun rasa kecewa ku kepadanya, rasa cinta ini mampu untuk menutupinya. Ketika aku masih bertahan kepada sesuatu yang semu, seseorang itu datang.
Sosok pria tampan tengah berlari kearah ku, peluh menetes di pelipisnya, bola orange itu masih memantul di tangannya. Aku tersenyum, dia awan ku. Ku berikan sebotol aqua dan handuk kepadanya, setelah dia mendudukkan diri di samping ku.
"thanks yah, habis ini jalan yuk" kata Reza.
Aku hanya menganggukkan kepala mengiyakan perkataannya. Dalam keadaan penuh keringat pun dia masih terlihat keren, tapi entah mengapa hati ini sama sekali tidak tertarik padanya. Padahal dia telah menunjukkan perhatiannya padaku, dan aku telah mencoba untuk melupakan si dia -Haikal-. Dia awan kak, yang mencoba menghalangiku melihat langit.
Setelah selesai menemani Reza bermain basket, kami berdua pergi berjalan-jalan. Dan kini kami telah sampai di taman kota. Dia memetik gitarnya yang sengaja dia bawa. Suara tegasnya mengalun dengan merdu. Dia memetik gitarnya dengan fasih, memainkan sebuah lagu yang menurut ku mengungkapkan isi hatinya. Jujur saja aku merasa bersalah dengannya.
Buka hatimu,
buka lah sedikit untukku
sehingga diriku bisa memilikimu.
"maaf" hanya itu yang bisa ku katakan. Aku menunduk tak mampu untuk menatap matanya.
Suaranya masih terdengar, hingga akhrinya lagu itu selesai dengan apik. Reza meletakkan gitarnya di sampingnya.
Dia menatap lurus ke depan, dan berkata, "cinta memang gak bisa di paksain, cinta itu dari hati, tapi seenggaknya kamu bisa buka hati kamu untuk orang lain, termasuk aku."
"aku udah berusaha, buktinya aku mau deket sama kamu, tapi aku gak tau kenapa rasa aku ke kamu gak bisa lebih dari sahabat, maaf Za." tak terasa airmata ku mengalir. Cengeng sekali aku.
Ku dengar Reza menghempuskan nafas dengan sedikit cepat, dan ku lihat dia mulai merubah posisi duduknya menjadi menghadapku. "Naura, kamu tau kan, kamu itu first love aku, aku cuma mau njagain kamu Ra, apa gak ada sedikit pun celah buat aku? aku kurang apa?" tanyanya sambil menggoyang bahuku.
Aku terisak. Dia tidak ada kurangnya justru menurut ku dia sangat sempurna, tapi apa daya hati ini masih bertahan padamu kak, meskipun kita jauh.
Aku mengangkat kepala ku yang sedari tadi menunduk, mencoba menatap manik matanya. "kamu gak kurang apa-apa Za, bahkan kamu terlalu sempurna untukku, sungguh aku sudah berusaha untuk menyayangimu lebih dari ini, tapi kamu juga taukan aku masih bertahan dan sangat mengharapkan first love ku juga."
Dia tersenyum, lalu mengacak lembut rambut ku. Kurasa dia mulai jenuh dengan ketegangan diantara kami. "sudah lah lupakan saja, setidaknya aku masih jadi sahabat mu, aku bertahan pada first love ku, yaitu kamu, dan kamu juga demikian. Sekarang kita pulang yuk, udah sore nih." dia berdiri, dan mengulurkan tangannya.
Aku mengangguk, tersenyum dan meraih uluran tangannya. Kami beranjak dari tempat itu dan setelah itu kejadian tak terduga terjadi dan kau tau kak, sepulang dia mengantarkan ku pulang, Reza menghilang. Menjauh dari hidup ku, dan lebih parahnya lagi dia menjadi seorang Playboy, dan aku sadar bahwa itu smua karena aku. Dia memang tau, aku masih bertahan pada first love ku, tapi dia belum tau pasti siapa. Padahal first love ku itu kamu kak, sahabat baik Reza. Maaf.
***
Aku menghembuskan nafas dengan sungkan. Jam sudah menunjukkan pukul 1 pagi, tapi aku masih bertahan di bawah gelapnya malam, memandang bulan bintang yang kian berjauhan. Kilasan masa lalu tadi baru saja terputar bak film di otak ku, mengingatkan aku akan banyak hal yang telah terjadi.
"aku harus berubah, aku boleh bertahan tapi bukan berarti diam terpaku seperti ini, dan tidak melangkah seinci pun, hidup ku harus terus berjalan, ya, i will fight !" ucapku menyemangati diri sendiri. Aku mengangguk, tersenyum dan berdiri segera beranjak dari teras rumah untuk masuk ke dalam kamar ku.
"aku sayang kaka, lebih dari yang kaka tau, bahagialah bersamanya, maka aku akan bahagia juga." kata ku pada angin, dan berharap angin mampu menyampaikan padanya, Kak Haikal. Aku segera masuk ke dalam rumah, mengistirahatkan badan dan fikiran ku. Membiarkan raga ini melayang di alam mimpi.
***
Di tempat lain, seorang laki-laki tengah berdiam diri di atap rumah, tempat favoritnya. Menikmati panorama alam pada malam hari.
"aku sayang kaka, lebih dari yang kaka tau, bahagialah bersamanya maka aku bahagia juga." Haikal mendengar suara lembut itu yang tersampaikan oleh angin. Dia kaget, bagaimana tidak suara yang sudah hampir 3 tahun tidak dia dengar kini menguasai indra pendengarannya.
"maaf dek, kaka ingin menjadi bulan mu, tapi kaka takut tidak mampu membahagiakanmu, maka kaka memilih untuk menjadi langit, yang akan selalu menjaga mu tanpa kau sadari." Haikal sadar, dia telah menyakiti bintang kecilnya, tapi entah mengapa dia berbuat seperti itu. Haikal memandangi layar hpnya, sekali lagi membaca puisi buatan bintang kecilnya.
garis takdir telah terukir,
menyatukan kita pada satu lingkaran cinta dengan dasar rasa yang indah,
kita bertemu untuk bersatu, menjalin hubungan atas nama Nya
kepercayaan dan kesetiaan menuntunnya, meyakin kita bahwa CINTA SEJATI itu memang ada,
cobaan dan rintangan pemanisnya , dan karena Nya kita masih bisa b'ertahan.
aku mencintai mu karena Nya, dan karena Nya pula kita bersama :)
"I still love you, my little star. " ucap Haikal sebelum dia beranjak dari tempatnya.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar